SGN Mulai Musim Giling Tebu, Produksi GKP Konsumsi Diprediksi 2,3 Juta Ton

Wahyoe Boediwardhana | Kamis, 25/04/2024 14:13 WIB

PT Sinergi Gula Nusantara (SGN) mengumumkan akan memulai musim giling tebu 2024 dengan perkiraan produksi gula di dalam negeri tahun ini akan mencapai 2,3 juta ton gula kristal putih (GKP) konsumsi. Para pekerja di pabrik gula Jatiroto Lumajang, Jawa Timur, sedangn menyiapkan tebu milik petani untuk masuk ke mesin penggilingan. PT SGN mengumumkan akan memulai musim giling tebu 2024 dengan perkiraan menghasilkan gula kristal putih (GKP) konsumsi sebesar 2,3 juta ton. (Foto. Wahyoe Boediwardhana)

SITUSJATIM - Stok gula konsumsi nasional tahun 2024 dalam waktu dekat akan bertambah, seiring kesiapan giling pabrik gula PT Perkebunan Nusantara Group yang dikelola oleh PT Sinergi Gula Nusantara (SGN).

Direktur Utama SGN Aris Toharisman dalam keterangan resminya mengungkapkan, produksi gula di dalam negeri tahun ini diprediksi akan mencapai 2,3 juta ton gula kristal putih (GKP) konsumsi. Dimana sekitar 900 ribu ton diantaranya adalah produksi PTPN dan petani yang memasok tebu ke SGN.

“Data taksasi Maret ada peningkatan dibanding tahun 2023, yakni 12,8 juta ton dari tahun lalu yang hanya 10 juta ton tebu. Sedangkan protas juga naik menjadi 69 ton per hektar dari 58 ton per hektar pada tahun 2023,” ujar Aris Toharisman, Direktur Utama SGN.

Sebelumnya, Badan Pangan Nasional/National Food Agency (Bapanas/NFA), menetapkan besaran stok pangan untuk GKP konsumsi yang harus dimiliki oleh pemerintah minimal 250 ribu ton, dengan stok akhir tahun minimal 25 ribu ton.

Baca juga :

“Saat ini pabrik gula SGN telah siap giling tebu petani untuk memenuhi kebutuhan gula konsumsi masyarakat. Tinggal menunggu tingkat kemasakan tebu untuk mencapai rendemen optimal. Saat ini baru PG Kwalamadu saja yang telah giling tebu, mengingat karakteristik iklim di wilayah Sumatera Utara,” ungkap Aris Toharisman.

SGN menyebut, harga gula saat ini cenderung naik karena stok gula yang berkurang dan sebagian gula impor masih dalam proses pengadaan. Stok gula nasional ini akan terpenuhi kembali ketika pabrik gula memasuki masa giling kembali. Meski demikian menurut Aris Toharisman, stok gula berdasarkan data masih aman hingga giling tebu mendatang.

"Bulan Maret lalu persediaan gula SGN masih ada 2,8 ribu ton untuk memenuhi kebutuhan masyarakat hingga masuk musim giling 2024. Selain stok gula SGN, masih ada juga persediaan gula milik petani dan milik pedagang di gudang PG SGN. Total stok saat ini lebih kurang 144 ribu ton, dengan sebaran di Sumatera Utara 7 ribu ton, Sumatera Selatan 12 ribu ton, Lampung 4,7 ton, Jawa Tengah 4,3 ribu ton, Jawa Timur 113 ribu ton, dan Sulawesi Selatan 3 ribu ton. Sedangkan proyeksi produksi tahun 2024 sebesar total 992 ribu ton gula kristal putih, semuanya untuk memenuhi kebutuhan gula konsumsi masyarakat," terang Aris Toharisman.

Keterlibatan petani tebu dalam pencapaian swasembada gula nasional menurut Aris sangat besar, untuk itu pihaknya memberikan perhatian khusus kepada petani mitra diantaranya dengan menyediakan sarana produksi melalui program MAKMUR. Program ini bersinergi dengan PT Petrokimia Gresik serta perbankan untuk penyediaan permodalan biaya kebun hingga tebang angkut.

SGN terus berupaya meningkatkan kinerja industri gula melalui berbagai cara. Pertama, melakukan perbaikan hubungan kemitraan dgn petani tebu. Kedua, memfasilitasi petani dalam penjualan gula pada harga relatif tinggi dgn pembayaran cepat. Ketiga, memfasilitasi ketersediaan pupuk melalui program Makmur bekerja sama dengan BUMN Pupuk dan Perbankan. Dampaknya terlihat dari perluasan area tebu rakyat tahun ini dari sebelumnya sekitar 120 ribu hektar kini telah berkembang menjadi 123 ribu hektar,” tambah Aris.

Di sisi lain, Bapanas juga melakukan penyesuaian Harga Acuan Pembelian (HAP) sebesar Rp17.500 per kilogram sesuai dinamika harga di lapang, terutama dalam meng-akomodir harga jual gula petani. 

Sementara itu Sekretaris Jenderal Dewan Pimpinan Pusat Asosiasi Petani Tebu Rakyat Indonesia (DPP APTRI) Sunardi Edy Sukamto, menyambut baik berbagai kebijakan PTPN dan pemerintah yang sangat mendukung kelancaran usaha petani tebu.

“Kami menyambut positif kebijakan yang bertujuan untuk peningkatan kesejahteraan petani dan mendukung upaya swasembada gula baik dari PTPN dan Pemerintah, karena pada intinya peran petani tebu tidak dilupakan dan pencapaian swasembada gula harus sejalan dengan peningkatan kesejahteraan para petani tebu,” tegas Sunardi Edy Sukamto. 

Menurut Edy menjadi harapan petani kepada pemerintah untuk menjaga kestabilan harga baik di tingkat produsen maupun konsumen sehingga iklim usaha tani tebu rakyat bisa kondusif dan konsisten karena naik turun harga akan menjadi kelesuan usaha tani tebu rakyat. Apabila harga gula saat ini tinggi akan di ikuti komponen lain ikut naik, namun saat petani panen harga turun sedangkan komponen yang naik tidak bisa turun maka kondisi ini dinilai akan merugikan petani.

"Sikap tegas pemerintah di harapkan harga gula yang konsisten, mempertimbangkan dua aspek produsen dan konsumen akan lebih baik. Kami tidak bisa usaha tani tebu rakyat seperti judi, kadang untung besar kadang rugi masal, karena ini akan berakibat swasembada gula akan menjadi cerita fiksi belaka," pungkas Edy.

TAGS : SGN APTRI Tebu Gula Petani